Top News

Debut pertama Kelas 3A BIKBP menulis berita di koran online

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Pertama Ikut Malang Fashion Week, Dyan Permata Langsung Menang

Malang Fashion Week atau MFW pertama kali digelar pada tahun 2019. Setiap tahun konsepnya berbeda. Tahun 2022, event yang diadakan di Transmart MX Mall, 27-30 Oktober itu mengusung tema Art of Beat.

Selain menampilkan karya-karya desainer profesional dan lokal, juga diadakan berbagai lomba. Salah Fashion Design competition. Pemenang lomba ini berhak menampilkan karyanya di runway fashion MFW.

Dyan Permata, siswi sekolah desain Merachel, berhasil menjadi pemenang ketiga. Karyanya dia beri judul Cyberpunk. Inspirasinya dari game yang biasa dia mainkan.



Awal mula ide baju tersebut bukan berasal dari referensi gambar ataupun kainnya melainnkan warna, Dyan berkata warna merupakan dasar dari baju tersebut dibuat. setelah itu lanjut ke tahap berikutnya yaitu produksi. ”Waktu ngerjainnya 2 minggu. Empat hari buat belanja bahan dan lainnya 10 hari buat proses jahitnya,” kata Dyan.

”Nggak ada kendala atau bagian yang susah dikerjain sih waktu proses jahitnya. Cuma karena sambil belajar ya waktu itu, masih meraba-raba. Kayak desainku tuh kayak gini jadi harus kayak gini” tambahnya.

Dyan sama sekali tidak bermimpi menjadi salah satu pemenang. Maklum, ini adalah lomba pertama bagi perempuan berusia muda itu.

”Aku meyakinkan diriku kalau ini cuma latihan gitu. Tahu prosesnya terus ternyata lomba itu kayak gini” ungkapnya

Desain baju yang dibuat oleh Dyan itu kontemporer. Namun juga semiformal karena ada blazernya. Baju tersebut cocok untuk daily life.

Dyan memiliki impian untuk menjadi desainer profesional. Dia begitu enjoy mengikuti sekolah desain. Dari dulu dia memang suka menggambar.

Prestasi di MFW 2022 membuatnya semakin bersemangat mewujudkan impiannya itu. Suatu saat nanti Dyan ingin membangun brand-nya sendiri. (*)

Dinda Aulia Cahyani Terinspirasi Atlet Voli Korea Lim Sung-jin

Dinda Aulia Cahyani dengan Tim Voli FEB Putri



Sejak usia 9 tahun, Dinda Aulia Cahyani sudah berlatih voli. GOR Ken Arok, Malang, adalah tempat dia ditempa menjadi atlet voli. Mimpinya ingin menjadi pemain voli profesional seperti idolanya, Lim Sung-jin dan Hany Budiarti.

Lim Sung-jin adalah pemain ganteng asal Korea Selatan yang bermain di klub Vixtorm Kepco. Sedangkan Hany Budiarti merupakan pemain timnas putri Indonesia. "Mereka role models saya," kata Dinda.

Karena mimpinya itu, Dinda tak pernah lelah meski harus menjalani latihan berat sejak kecil. Pelatihnya cukup disiplin. Setiap kali datang terlambat latihan, Dinda dihukum untuk berlari keliling GOR Ken Arok. Tak peduli saat panas terik, hukuman tetap harus dijalani. Dari situlah sikap disiplin Dinda terbentuk.

Dinda pertama kali bergabung di klub voli MVC. Lalu pindah ke Bravo Galaxy. Semuanya di Malang. Dia juga juga sering bertanding mewakili sekolahnya yakni SMPN 3 Singosari dan SMAN 2 Malang. Termasuk juga di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), tempatnya kuliah. Saat ini Dinda menjadi mahasiswi semester 3, jurusan manajemen di UMM. "Saya bergabung dengan klub voli di kampus," kata gadis 20 tahun itu.

Salah satu idola nya yang berasal dari Korea Selatan. Memiliki paras yang tampan, tinggi badan yang proposional, dan kelihaian dalam bidang voli tentunya tidak heran banyak kaum hawa menyukainya. Lim Sung-jin. Salah satu role model bagi Dinda. Pria kelahiran tahun 1999 ini menempati posisi sebagai wing spiker di tim nya.


Setelah mengulik lebih dalam, apa yang membuat Dinda sangat kesemsem adalah pria tampan ini sangat mengutamakan voli dan juga tim nya. Luar biasa. "Dia sangat mementingkan tim nya", tutur Dinda. Pria kelahiran tahun '99 ini ternyata cukup sering mendapat hariah dari para penggemarnya saat usai bertanding.

Awalnya banyak orang terdekat Sung-jin menyarankan nya untuk menjadi aktor saja tapi dia menolak. Untung saja ya oppa ganteng ini menolak jadi aktor, kalau tidak pasti Dinda tidak akan meliriknya sebagai role model dalam dunia voli.

Selain memiliki kecintaan terhadap voli, gadis cantik ini juga sangat mencintai budaya luar negeri. Korea misalnya. Bukan hanya tentang salah satu pemain favorit nya yang berasal dari klub Korea tetapi Dinda juga sangat menggilai pria - pria tampan dan bahkan pria paruh baya. Atau yang bisa disebut dengan oppa atau ajjushi. 


Tak heran jika gadis belia ini memiliki selera yang sangat tinggi, saingan para lelaki terdekat nya saja bisa jadi idol kpop seperti EXO CHANYEOL atau mungkin NCT DOYOUNG. "Seperti susah melihat kenyataan karena dengan adanya idol kpop ini selera saya menjadi jauh lebih tinggi", pungkasnya.

Bahkan saking cinta nya dengan dua oppa itu Dinda rela menghabiskan banyak uang untuk membeli album musik atau barang lainnya. Tidak hanya itu. Uang ratusan ribu untuk menonton di aplikasi berbayar pun rela ia keluarkan.

"Aku beli album EXO ini seharga 330 ribu dan album NCT seharga 350 ribu." Sungguh harga yang bisa dibilang cukup mahal. Tapi apapun yang membuat kita bahagia pasti akan dilakukan. Sama hal nya dengan Dinda yang rela merogoh kocek setiap hari nya untuk membeli album dan photo card artis idola nya.

Hal tersebut merupakan salah satu kebahagiaan Dinda terlepas dari pahit dan sedihnya saat ia bermain voli. Kerap mengalami cedera parah saat bermain, tentunya tidak menjadi alasan untuk gadis cantik ini menyerah. 

Patah tulang jempol saat menerima serangan lawan kerap kali terjadi. "Jempol yang paling sering kena", jelasnya. Awalnya dia tidak terlalu menganggap itu hal yang serius hingga akhirnya dia benar - benar merasakan sakit yang tak tertolong. Pada cedera terakhirnya, jempol cantik Dinda harus mengalami luka yang parah.

Kulit terkelupas hingga daging terlihat. Perih, cenat - cenut, dan rasa sakit yang tak bisa diutarakan lagi telah ia rasakan. Proses penyembuhan ini juga terbilang cukup lama karena di pertengahan waktu penyembuhan ternyata kulit ibu jari nya terkelupas lagi. 

Tak hanya cedera pada tangan nya, kaki nya juga tak mau kalah merasakan cedera. Terkilir merupakan hal biasa untuk atlet. Tapi dengan terkilirnya kaki Dinda semua aktivitasnya terasa sangat berat. Namun proses penyembuhan nya tak selama saat ibu jari nya cedera. Kurang lebih 1 bulan.

Terlepas dari semua itu Dinda tak berhenti untuk terus menjalankan apa yang ia suka. Voli. Terus bermain hingga mendapat kesempatan untuk bermain dengan Lim Sung-jin sang idola. Sebuah pengalaman cerita yang kita bisa jadikan referensi untuk terus mengejar apa yang kita inginkan. Lelah tentu saja, tapi menyerah bukan lah jawaban untuk itu. Ingat lah alasan mengapa kamu melakukan apa yang sedang kamu lakukan saat ini sebelum menyerah.
(Mayang Nanda)

Asri Kolaj, Komunitas Seni Kolase Pertama di Malang

 

 



Berbicara tentang seni yang kian hari kian nyentrik dan tidak orthodox, memungkinkan bagi masyarakat untuk mengenal lebih jauh tentang ragam Seni Kontemporer, yaitu sebuah sebuah seni yang “kekinian” dan ter adaptasi dari dengan perkembangan waktu. Seni Kontemporer merupakan hasil perkembangan seni yang terpengaruh dampak modernisasi yang berkembang di Barat pasca perang dunia II, menurut Smith & Terry (2009).

Ragam dari Seni Kontemporer –pun juga beragam dan datang dari berbagai jenis karya seni berupa Seni Instalasi, Fotografi, Pementasan, dan Ukiran. Seni Kontemporer kerap sekali dikaitkan dengan aktivitas muda dan mudi atau biasa disebut  Pop up Culture, karena memang seni inidapat merepresentasikan tentang perkembangan zaman yang seiring waktu terus berkembang, sehingga dapat meningkatkan exposure dan existence dari para pelaku Seni Kontemporer ini, terlebih beberapa waktu lalu wabah COVID-19  meledak  dan membuat banyak para pemuda menjadi tidak produktif dan terkungkung oleh peraturan yang dibuat.

Pada tahun 2021 yang lalu, sekumpulan dari beberapa mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM Malang) berinisiasi untuk membentuk suatu komunitas kolektif  untuk kembali mengasah  kreatifitas dan produktivitas mereka ditengah wabah pandemic COVID – 19 yang memaksa mereka untuk melaksanankan perkuliahan secara daring. Melalui barang barang bekas berupa koran, majalah dan foto lama mereka dapat menghasilkan suatu karya mereka berupa Seni Kolase, yaitu sebuah karya seni yang terbentuk atas tempelan – tempelan dari potongan koran, majalah dan foto bekas yang disatukan menjadi kolase yang menarik. Alif Tegar Syahputra, salah satu anggota Asri Kolaj yang juga merupakan founder dari komunitas ini mengatakan “Dengan bentuk latar belakang yang sama dari beberapa teman kampus dengan tenggang rasa yang sama atas pandemic yang sedang terjadi, kami memutuskan untuk membentuk komunitas yang dimana dapat menjadi wadah bagi para muda – mudi di Malang untuk menyalurkan bakat seni mereka dalam Asri Kolaj ini.” Alif pun mulai menggali apa makna dan asal – usul dari seni kolase ini, bersama rekan-nya yang bernama Qodri, ia pun bergerak untuk mengkampanyekan Asri Kolaj dimulai dari social media guna memperkenalkan Seni Kolase ini serta dalam rangka mencari anggota anggota baru dari lingkup kampusnya.

 


“Seni Kolase ini kami adaptasi dari seniman di tahun 1914 berna Pablo Picasso, dimana pada saat itu dia sedang menderita kelumpuhan yang memaksa ia tidak dapat merkecimpung dalam dunia seni seperti saat sedia kala. Oleh karena itu, Picasso berusaha melawan batasan – batasan dalam dunia seni yang terlalu orthodox dalam menuntut setiap karya untuk selalu rapi, setimbang dan seimbang, hingga akhirnya lahirlah Seni Kolase yang saat ini sedang kami branding kepada masyarakat.” Ungkap Alif dalan sesi wawancara Zine Day’s Out (12/11/22). Dalam perjalanannya hingga saat ini, Asri Kolaj mampu mengumpulkan 15 anggota tetap yang berhasil dikumpulkan melalui event mingguan yang mereka adakan bernama “Kolbar”, dimana acara ini disenggelarakan tiap Minggunya di tempat yang berubah ubah dalam rangka memperkenalkan kepada public serta mengajak mereka untuk turut serta dalam berseni kolase, event “Kolbar” inipun tidak dipungut biaya, hanya sekedar mengisi data administrasi yang mereka sebarkan melalui akun Instagram mereka yang bernama @asri.kolaj.

 


2 tahun berlalu semenjak Asri Kolaj berdiri, komunitas ini mampu menghadirkan karya – karya yang mungkin sangat tidak Orthodox namun tetap memiliki nilai estetika dan pesan tersurat didalamnya. Asri Kolaj kerap mengikuti acara Art Exhibition yang disenggelarakan di Kota Malang dan sekitarnya seperti dalam rangkaian acara DKM (Dewan Kesenian Malang) yang disenggelarakan pada bulan Januari 2021 yang lalu di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya dan ajang Art Exhibition di Galeri Raos, Kota Batu pada bulan Februari 2022, melalui ajang kesenian yag mereka ikuti, Asri Kolaj dapat menghasilkan karya – karya yang salah satunya mengandung pesan mengenai pemanasan Geothermal  yang pada saat itu sedang disuarakan oleh para demonstran yang terjadi di Balai Kota Among Tani, Kota Batu pada 26 Februari 2022. Tak luput dari itu, komunitas seni inipun juga memiliki suatu Projek yang mereka namai “Proyek Strategis Kota” dimana dalam projek ini mereka digandeng oleh salah satu Curator Kota Malang yang bernama Nisrina Aulia. Proyek Strategis Kota ini berorientasi pada respon ruang public dan nilai estetika pada salah satu halte di tengah Kota Malang yang bertempat di depan Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, pada tanggal 3 Desember 2021.


  

“halte ini merupakan sasaran Kami dalam merespon ruang public dimana sebelumnya Halte inidifungsikan sebagai tempat “ngetem”angkutan kota trayek AL (Arjosari – Landungsari) dan HL (Hamid Rusdi – Landungsari) yang sekarang sudah tidak beroperasi, serta minimnya perbaikan yang dilakukan oleh Pemerintah setempat, oleh karena itu, Asri Kolaj berusaha hadir dan merias ulang Halte yang using ini agar memiliki nilai estetika, sehingga dapat membuat masyarakat kembali menghinggapi halte tersebut”Kata Alif. Dalam beberapa hari, Komunitas Asri Kolaj mampu menyulap “Halte Galeri Seni Budaya” ini menjadi suatu tempat singgah yang menarik, melalui kumpulan foto polaroid bekas dan potongan majalah bekas, Halte ini kembali menunjukkan keindahannya sebagai Sarana Publik di tengah Kota Pendidikan ini.

 



Dengan eksistensinya yang kian ter ekspos, Asri Kolaj berharap bahwa mereka akan tetap terus berkembang dengan Seni Kolase yang mereka bawakan ini dan tetap dapat menjadi wadah bagi siapapun yang ingin mengenal apa itu Seni Kolase, tanpa adanya suatu tuntutan administrasi yang merepotkan bagi para pendaftarnya, Alif juga menambahkan “ Dengan naiknya eksistensi dari Asri Kolaj, saya berharap bahwa komunitas ini akan tetap terus ada dan berlipat ganda, yang di kemudian hari dapat dikenal oleh masyarakat luas, terutama bagi Kota Malang tercinta ini.”