Cinta
Kasih Putri Dhaha
Tari Koreografi Halang Karya Ninik Putri Yulianti
Halang
adalah tari koreografi karya dari Ninik Putri
Yulianti. Mengangkat kisah asmara Putri Dhaha yang merupakan sebutan dari Galuh
Candra Kirana dengan Raden Inu Kertapati dalam cerita sejarah Kediri.
Cerita ini sangat melegenda terutama
dalam kisah pewayangan. Di mana terdapat kesan yang sangat mendalam tentang
perjuangan Galuh Candra Kirana untuk mendapatkan cinta Rad
en Inu Kertapati. Itu
karena adanya campur tangan dari saudara
tiri Galuh Candra Kirana yakni Galuh Ajeng.
Pada 12 Januari 2022, tari koreografi
Halang ditampilkan untuk pertama
kalinya di Gedung Teater Besar Gendhon Humardani Institut Seni Indonesia
Surakarta. Tuang tari prosenium (proscenium stage) berukuran cukup luas
dengan langit-langit yang sangat tinggi. Sehingga penontonnya dapat menyaksikan
dari depan panggung utama di lantai 1 dan di kursi penonton di lantai 2.
Ninik Putri yang merupakan koreografer
sekaligus pencetus ide garap menjelaskan bahwa pemilihan judul Halang dimaksudkan sebagai makna lain
dari sebuah perwujudan atau bentuk permasalahan, rintangan, halangan yang
datang dalam proses kehidupan. Juga disesuaikan dengan latar belakang ide garap
cerita yang disampaikan kepada penonton.
“Halang ini ringkas, jelas, tidak
terlalu panjang, orisinal, dan umum. Jadi penonton nantinya bisa
menginterpretasikan sendiri,” tutur Ninik. Di sisi lain Ninik Putri memberi
judul Halang ini diharapkan dapat membantu penonton untuk menemukan kunci yang
tepat sebagai bekal dalam menginterpretasikan tentang garap koreografi yang
akan dilihatnya.
Karya tari Halang merupakan sebuah komposisi kelompok dengan jumlah penari
gasal yaitu sebanyak tiga orang. Jumlah penari dalam karya tari Halang ini terbagi atas dua orang penari
perempuan yaitu Ninik Putri Yulianti yang merangkap menjadi koreografer
sekaligus penari, serta dua rekannya yang bernama Kamila Dara Tadurisya dan
Rastra Bagas Prakoso. Dua rekan Ninik ini masih menjadi mahasiswa jurusan tari
di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
Dalam pementasannya, suasana yang
digambarkan pada tari Halang diadaptasi
oleh Ninik Putri berdasarkan penelitian yang dilakukan pada panel relief Panji
di Desa Gambyok, Kediri. Di mana digambarkan terjadi pada malam hari dalam
keadaan cuaca dingin. Naskah Melayu Hikayat
Panji Semirang menjadi instrumen pendukung riset yang dilakukan Ninik Putri
dalam pengembangan cerita karyanya.
Halang …
Rintang, batas, lintang
Sulit, sekat, tertahan, henti
Kendati bulan tak mampu menatap
matahari
Siang malam hadir menyapa bumi
Harapan tersimpan rapi seorang diri
Tak hilang, ku diam tuk melewati …
Pada awal pementasan terdapat sebuah
sajak yang dilantunkan. Hal ini sekaligus menjadi sinopsis untuk memberikan
gambaran kepada penonton.
“Sinopsis tari Halang memakai kalimat berupa perumpamaan dan diksi untuk menambah
daya ekspresivitas. Ketepatan sama keselarasan pemilihan katanya juga bertujuan
untuk membantu membangun imajinasi dan menimbulkan interpretasi pembaca atau
pendengarnya, ini ada kaitanya sama setiap pesan dan ekspresi dalam sajian
karya ini,” jelas perempuan asli Kediri itu.
Ninik Putri juga menambahkan bahwa kata
rintang, batas, lintang, sulit, sekat,
tertahan, henti merupakan sebuah makna lain atau persamaan kata dari
pengertian Halang. Kalimat kendati bulan
tak mampu menatap matahari, siang malam hadir menyapa bumi merupakan
kalimat perumpamaan dari sebuah pengungkapan alur cerita yang disajikan dalam
karya tari Halang. Bulan adalah
perumpamaan Panji Asmoro Bangung, matahari adalah perumpamaan Galuh Candra
Kirana, dan bumi adalah perumpamaan dari Galuh Ajeng.
Secara astronomi bulan dan matahari
tidak pernah bertemu, bulan hanya muncul pada malam hari, sedangkan matahari
muncul pada pagi hari. Selain itu, bulan bergerak berdasarkan lintasan orbitnya
yang berada di sekitar bumi sedangkan matahari terletak di pusat tata surya.
Hal ini adanya kesesuaian dengan ide cerita dalam karya tari Halang, bahwa Galuh Candra Kirana dan
Raden Inu Kertapati tidak bisa bertemu dan gagal menikah karena hadirnya Galuh
Ajeng.
Kalimat harapan tersimpan rapi seorang diri, tak hilang, ku diam tuk melewati
merupakan sebuah pengungkapan dari kesetiaan Galuh Candra Kirana kepada Raden
Inu Kertapati. Serta keikhlasan dan kerendahan Galuh Candra Kirana dalam
menghadapi rintangan dari Galuh Ajeng.
Secara keseluruhan Ninik Putri mengemas
alur cerita dalam tari ini menjadi 4 bagian. Pada adegan pembuka diwujudkan
dengan gerakan berpasangan atau duet oleh penari tokoh Raden Inu Kertapati
dengan penari tokoh Galuh Ajeng yang mengungkapkan segala wujud permasalahan
yang terjadi. Adegan ini didukung dengan musik yang ramai, tata cahaya yang
berubah-ubah warna sehingga menambah kesan tegang.
Masuknya adegan pertama setelah
pengenalan cerita dimulai dengan sebuah adegan perenungan oleh karakter penari
perempuan tokoh Galuh Candra Kirana yang mengungkapkan sebuah introspeksi diri.
Seolah dia bertanya-tanya mengapa diusir dari kerajaan, keikhlasan, rasa
menerima, tekad, berserah diri kepada Tuhan dan juga rasa syukur. Pada adegan
ini terjadi peralihan suasana musik dari tegang menjadi lebih tenang dan damai.
Dilanjutkan dengan adegan kedua
yang menghadirkan gerakan berpasangan oleh penari tokoh Galuh Candra Kirana dan
penari Raden Inu Kertapati yang merupakan pengungkapan sebuah kerinduan oleh
Galuh Candra Kirana kepada Raden Inu Kertapati. Motivasi gerak yang dibangun seolah
seperti sepasang kekasih dalam kebersamaan, bercengkerama, dan penuh rasa kasih
sayang. Suasana yang dihadirkan pada adegan ini seperti menggebu-gebu, romantis,
keinginan untuk bersama dan tidak ingin berpisah.
Adegan terakhir yang merupakan
klimaks dalam karya ini, ditandai munculnya konflik batin atau puncak
permasalahan pada Galuh Candra Kirana. Yaitu hadirnya penari tokoh Galuh Ajeng
sebagai wujud seorang wanita penghalang dalam kisah asmara Raden Inu Kertapati
dengan Galuh Candra Kirana. Suasana yang disajikan seperti munculnya rasa
sedih, kecewa, kemarahan, kesal yang berakhir dengan tersadarnya Raden Inu
Kertapati. Raden Inu Kertapati kemudian pergi meninggalkan Galuh Ajeng karena
kehadirannya tidak dapat menggantikan Galuh Candra Kirana, kekasihnya yang dia
cintai.
Karya tari Halang mengangkat sebuah
konsep pesan filosofis yang tersirat maknanya yang dapat dipetik banyak orang.
Mengenai nilai cinta kasih yang tulus, kesetiaan kepada seseorang harus
memiliki ketabahan serta kerendahan hati dalam menghadapi segala halangan yang
datang.
Dalam hal ini, Ninik Putri mencoba
mengorelasikan dengan kehidupan remaja di masa sekarang. Seperti yang sering terjadi
dalam kehidupan sehari-hari tentang bagaimana usaha sepasang kekasih yang
menghadapi sebuah masalah percintaan. Akankah memilih untuk mempertahankan
suatu hubungan, menerima semua keadaan yang terjadi atau mencoba menyelesaikan
terhadap masalah-masalah tersebut.
Lewat kisah asmara Raden Inu
Kertapati dengan Galuh Candra Kirana, Ninik Putri mencoba mengungkapkan maksud
dari rintangan atau halangan tersebut. Bahwa adanya gesekan batin atau rasa
kegelisahan, kekecewaan, kesedihan, kekuatan, ketegaran, keprihatinan, dan
kesabaran Galuh Candra Kirana ketika ingin menikah dengan kekasihnya Raden Inu
Kertapati. Dia juga harus melewati berbagai macam rintangan kehidupan yang
selalu datang dan nilai-nilai inilah yang ingin disampaikan secara eksplisit lewat
karya tari Halang ini. (Brilliant Adam)