Amerika Serikat dan Korea Selatan Uji Coba Rudal sebagai Reaksi Merespon Korea Utara


As dan Korea Selatan melepaskan empat rudal di pantai timur Semenanjung Korea pada Rabu pagi tanggal 04 Oktober. Tes tersebut merupakan latihan kedua sekutu dalam waktu 24 jam setelah Korea Utara menembakkan rudal ke Jepang tanpa peringatan.

Kedua sekutu menanggapi proses latihan pengeboman yang melibatkan jet tempur F-15K Korea Selatan dengan menembakkan dua amunisi udara ke permukaan pada sasaran virtual di lapangan tembak sebelah barat Semenanjung Korea, sekutu biasanya menanggapi uji coba rudal Korea Utara dengan latihan militer.

Peluncuran pada hari Rabu termasuk empat rudal ATACMS yang juga dikenal sebagai Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat dengan senjata permukaan - ke - permukaan yang dapat terbang hingga sekitar 200 mil (320 km), ungkap Kepala Gabungan Korea Selatan.

Menurut John Kirby, peluncuran ini dirancang untuk menunjukkan bahwa AS dan sekutunya memiliki "kemampuan militer yang siap menanggapi provokasi Korea Utara".

"Ini bukan pertama kalinya kami lakukan lakukan untuk menanggapi provokasi Korea Utara," kata Kirby pada Pamela Brown dari CNN.

Kami ingin melihat denuklirisasi oleh Semenanjung Korea (pemimpin Korea Utara Kim Jong Un) yang belum menunjukkan kecenderungan di arah itu, dia terus bergerak kearah berlawanan dengan terus melakukan uji coba rudal yang merupakan pelanggaran.


Pada hari Selasa AS dan Jepang juga melakukan tanggapan terhadap peluncuran Korea Utara, dengan jet tempur Korps Marinir AS dan Angkatan Udara Bela Diri Jepang terbang di atas Laut Jepang. 

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan peluncuran terbaru Korea Utara menimbulkan “tantangan besar bagi perdamaian dan stabilitas Jepang, kawasan dan komunitas internasional."

Hanya sedikit yang dapat dilakukan AS dan sekutu untuk menghentikan penumpukan senjata tanpa henti. "Orang Korea Utara sedang dalam mood melakukan uji coba ledakan," kata Jeffrey Lewis, direktur Proyek Nonproliferasi Asia Timur di Institut Studi Internasional Middlebury.

Sejak negosiasi 2019 dengan mantan Presiden AS Donald Trump terhenti sepihak, pemimpin Korea Utara telah menyusun program untuk mengembangkan rudal dengan kemampuan nuklir. Kirby mengatakan bahwa Korea Utara sedang dalam proses melakukanya.

Setiap kali rezim Kim meluncurkan senjata, mereka belajar lebih baik dan menjadi lebih mampu. 

Ankit Panda, rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace, mengatakan Korea Utara tampaknya akan mengembangkan senjata nuklir.

"Denuklirisasi sekarang dianggap sebagai sejarah dengan kebijakan yang gagal, tidak ada rencana praktis untuk saat ini terutama dalam jangka pendek untuk membawa pemimpin Korea Utara ke meja perundingan."

0 Comments:

Posting Komentar