China melarang penduduknya meninggalkan Xinjiang karena wabah Covid-19. Banyak dari etnis minoritas melaporkan 38 kasus Covid baru tanpa gejala.
Hal ini membuat para pejabat setempat khawatir. Wakil Ketua Xinjiang, Liu Sushe, bahkan bersumpah untuk memperketat kontrol bahwa masyarakat tidak akn meninggalkan wilayah itu kecuali diperlukan demi mengatasi penyebaran wabah itu.
Dengan pengetatan itu, orang tidak akan diperbolehkan meninggalkan Xinjiang kecuali dengan alasan yang kuat. Liu menambahkan Xinjiang akan memperkuat langkah-langkah pengendalian di bandara, stasiun kereta api, dan pos pemeriksaan untuk mencegah penyebaran virus ke bagian lain negara itu.
Semua kereta api keluar, bus antar provinsi, dan sebagian besar penerbangan bahkan akan ditangguhkan hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Di bandara di Urumqi, ibukota regional daerah itu, 97 persen penerbangan yang berangkat dan 95 persen penerbangan yang tiba dibatalkan.
Seorang pekerja yang mengenakan alat pelindung diri mendisinfeksi bioskop pada 9 Agustus di Urumqi, Xinjiang, China |
Larangan mereka berlakukan hanya beberapa minggu setelah pemerintah Xinjiang melonggarkan lockdown wilayah yang memicu frustrasi publik.
Wilayah Xinjiang memberlakukan lockdown dari Agustus hingga September, akibatnya masyarakat terkena dampak kekurangan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya.
Warga mengeluh, merasa lelah dan depresi yang semakin umum karena hampir tiga tahun diberlakukan pembatasan dan isolasi tanpa akhir.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus